Sebagai satu-satunya daerah di Jawa Tengah yang menerapkan new normal Kota Tegal harus bisa jadi contoh dalam mewujudkan tatanan budaya baru bagi daerah lain, termasuk di sektor pendidikan. “Kota Tegal sudah bagus dalam penangangan covid-19, tinggal memastikan baik secara subtansi, agar jangan sampai menerapkan new normal tetapi perilaku masih tetap normal, seperti tidak ada wabah.
Hal ini disampaikan Wakil Ketua Komisi X DPR RI DR. H. Abdul Fikri Faqih, MM dalam kesempatan jaring aspirasi bersama dinas pendidikan Kota Tegal, Rabu (3/6). Fikri menambahkan, secara terobosan dan prestasi penanganan Covid19, Kota Tegal sudah leading, tidak hanya dilevel nasional, tetapi juga Internasional, dimana kepala daerah disebut sebagai salah satu kepala daerah yang serius melawan Covid-19.
Menurut Fikri melihat kondisi kurva persebaran Covid-19 yang belum melandai, penerapan new normal di sekolah sebenarnya masih beresiko, karena protokol keselamatan di sekolah berbeda dengan sektor umum lainnya. “Tidak perlu tergesa-gesa, karena jika tanpa persiapan matang sekolah dibuka, ini sangat rentan. Prinsip baik dan benar harus benar-benar dijalankan,” katanya.
Fikri menjelaskan baik yang dimaksud dalam arti kurva positif sudah melandai atau menurun. Tidak boleh ada data yang ditutupi, agar orang merasa sadar diri, kalau kondisi memprihatinkan ini jadi keprihatinan bersama. Jangan sampai kebijakan hanya diikuti dari pusat, tetapi di bawah merasa tidak tahu apa-apa. “Benar, kita mensikapinya dengan benar, apa yang harus dilakukan setelah Covid. Pencegahan seperti jaga jarak, pakai masker, dipastikan sampai ke satuan pendidikan yang paling kecil. Pemahaman dan kesadaran seperti ini harus dibangun bersama,” katanya.
Ia mengungkapkan saat ini memang menjadi tantangan paling sulit bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan masuk sekolah. Jangan sampai sekolah menjadi cluster baru penyebaran virus corona, karena ini menyangkut anak-anak.
Apalagi, Fikri menjelaskan, survey KPAI menunjukkan hasil yang berbeda. Ia melanjutkan dari hasil kalkulasi yang dilakukan KPAI dari 196.000 orangtua yang menyampaikan pendapatnya, didapatkan 80 % responden menolak sekolah dibuka kembali saat tahun ajaran baru. Orangtua tetap khawatir karena situasai pandemi yang masih belum menentu. Hal ini berkebalikan dengan hasil survey yang melibatkan anak-anak yang menginginkan untuk bisa kembali ke sekolah.
“KPAI menyebutkan dari 9800 murid yang mengisi survey, 80% menyatakan siap masuk sekolah, sementara 20 persennya menyatakan belum siap. Hal ini kontraproduktif dengan orangtua dimana 80% menyatakan tidak setuju jika masuk sekolah,” ungkapnya.
Sementara itu Plt Kepala Dinas Pendidikan Kota Tegal M. Ismail Fahmi, M, Si menyampaikan Kota Tegal secara prinsip sudah Dinas Pendidikan sudah menyiapkan skema masuk sekolah. Menurut Fahmi, pihaknya akan patuh dengan keputusan tim gugud covid 19, jika diputuskan boleh berangkat. Persiapan yang sudah dilakukan adalah telah menyusun skenario masuk sekolah.
“Ada 6 protokol kesehatan yang sudah kami susun, mulai dari protokol berangkat skeolah, sarana prasarana, kegiatan selama anak didik di sekolah, perjalanan dari rumah ke sekolah, dan setelah melaksanakan pendidikan ke sekolah kembali ke rumah masing-masing,” terang Fahmi.