Kitab Kuning Jangan Sampai Terpinggirkan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Keberadaan kitab kuning sebagai sarana pembelajaran di lembaga pendidikan Islam masih dibutuhkan. Kitab kuning sebagai salah satu rujukan penting dalam khazanah ilmu Islam jangan sampai terpinggirkan.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi VIII, Fikri Faqih, melihat adanya kecenderungan modernisasi yang justru mendegradasi pengajaran kitab kuning di pesantren. Ini merupakan fenomena yang perlu diantisipasi.

“Karena kebanggaan Islam itu salah satunya, khazanah pemikiran yang bersumber dari para pemikir asalnya, yang ada di kitab kuning,” kata Fikri ketika dihubungi Republika, Rabu (6/4).

Melihat fenomena ini, Fikri memandang perlunya upaya membangkitkan kembali eksistensi kitab kuning dalam pengajaran agama di Tanah Air.

Upaya ini dinilai dapat menjaga kemurnian ajaran Islam, sebab dipelajari langsung dari sumber-sumber terdahulu. Ini juga meningkatkan eksistensi para santri yang telah mempelajari kitab ini sebelumnya.

Upaya memperkenalkan kitab kuning dimulai dengan gerakan menerjemahkan kitab-kitab tersebut. Para santri atau siswa yang belajar di sekolah Islam perlu dibekali dengan alat-alat yang membantu mereka membaca kitab kuning.

Oleh karena itu, kata anggota DPR RI dari Komisi VIII Fikri Faqih, para santri perlu dibekali dengan ilmu alat, seperti nahwu, shorof, serta balaghah.

Selain itu, pemerintah, dalam hal ini Kementrian Agama perlu melakukan sosialisasi secara masif untuk menggalakkan kembali pengajaran kitab kuning di institusi-institusi pendidikan Islam.

Fikri juga berpendapat perlu ada pelurusan pandangan sehingga kitab kuning tak dianggap mengajarkan eksklusifisme dan fundamentalisme. Sebaliknya, pengajaran kitab ini mampu melunturkan kedua hal tersebut.

Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin mengatakan, tumbuhnya keilmuan Islam sangat penting dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam.

Ini dapat dilihat dari kegemilangan peradaban Islam yang banyak didukung dengan banyaknya buku ilmu pengetahuan dan filsafat yang diterjemahkan.

“Dari situ dikembangkan, terutama dengan sinar wahyu ilmu pengetahuan baru dan ilmuwan yang banyak, yang masing-masing menulis kitab. Ulama zaman dahulu tidak hanya menguasai agama, tapi juga ilmu umum, sejarah, filsafat, seni. Kitab menjadi referensi sehingga terjadi diseminasi ilmu pengetahuan,” ujar Din, ketika ditemui Republika di Jakarta, Rabu (6/4).

Menurut Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia, Prof Dr Din Syamsuddin, di Indonesia, banyak kitab kuning yang ditulis ulama terdahulu dan menjadi rujukan di Timur Tengah.

Mantan Ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini kemudian menyebut karya-karya al-Bantani, al-Palembangi, al-Banjari, dan sejumlah ulama lain yang menjadi rujukan.

Sayangnya, di era modern saat ini, buku-buku ini kurang mempengaruhi dunia luar. Karya-karya tersebut tidak diterjemahkan dalam bahasa Internasional, khususnya Inggris dan Arab, sehingga tidak banyak dipahami masyarakat internasional. “Padahal dari sisi kualitas tidak kalah. Makanya perlu diterjemahkan,” kata Din.

Perkembangan teknologi saat ini berdampak pada publikasi kitab kuning yang kini dapat dibaca secara online. Pengajaran kitab kuning di sekolah-sekolah Islam, kata Din, mungkin saja dilakukan. Namun, upaya ini perlu dilakukan dengan berbagai pertimbangan sehingga tak sekadar menambah beban para siswa.

Din mengatakan, perlu ada metode pintas untuk dapat mengajarkan pengkajian kitab kuning secara lebih cepat. Ia mencontohkan, di Amerika Serikat, dalam satu semester, para mahasiswa dapat membaca puluhan kitab kuning. “Jangan waktu terhabiskan,” kata dia.

Pengajaran kitab kuning hendaknya menjadi tanggung jawab semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, terutama pesantren.

Pengajaran kitab kuning juga perlu diimbangi dengan buku-buku yang berkembang pada saat ini, sehingga ilmu yang diajarkan dalam kitab kuning dapat dicari relevansinya dengan kondisi saat ini.

 

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/04/08/o5al37301-kitab-kuning-jangan-sampai-terpinggirkan

Picture of Staf Admin

Staf Admin

Anggota DPR RI Dapil Jawa Tengah IX (Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes)

Leave a Replay